Sistem refrigerasi sangat menunjang peningkatan kualitas hidup manusia.
Kemajuan dalam bidang refrigerasi akhir-akhir ini adalah akibat dari
perkembangan sistem kontrol yang menunjang kinerja dari sistem
refrigerasi. Apalikasi dari sistem refrigerasi tidak terbatas, tetapi
yang paling banyak digunakan adalah untuk pengawetan makanan dan
pendingin suhu, misalnya lemasi es, freezer, cold strorage, air conditioner/AC Window,
AC split dan AC mobil. Dengan perkembangan teknologi saat ini,
refrigeran (bahan pendingin) yang di pasarkan dituntut untuk ramah
lingkungan, di samping aspek teknis lainnya yang diperlukan. Apapun
refrigeran yang dipakai, semua memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing oleh karena itu, diperlukan kebijakan dalam memilih refrigerant yang paling aman berdasarkan kepentingan saat ini dan masa yang akan datang.
Siklus Refregerasi
Prinsip
terjadinya suatu pendinginan di dalam sistem refrigerasi adalah
penyerapan kalor oleh suatu zat pendingin yang dinamakan refrigeran.
Karena kalor yang berada di sekeliling refrigeran diserap, akibatnya
refrigeran akan menguap sehingga temperatur di sekitar refrigeran akan
bertambah dingin. Hal ini dapat terjadi mengingat penguapan memerlukan
kalor.
Di dalam suatu alat pendingin (misal lemari es) kalor diserap di evaporator dan
dibuang ke kondensor. Uap refrigeran yang berasal dari evaporator yang
bertekanan dan bertemperatur rendah masuk ke kompresor melalui saluran
hisap. Di kompresor uap refrigeran tersebut dimampatkan, sehingga ketika
ke luar dari kompresor uap refrigeran akan bertekanan dan bersuhu
tinggi, jauh lebih tinggi dibanding temperatur udara sekitar. Kemudian
uap menuju ke kondensor melalui saluran tekan. Di kondensor uap tersebut
akan melepaskan kalor, sehingga akan berubah fasa dari uap menjadi cair
(terkondensasi) dan selanjutnya cairan tersebut terkumpul di
penampungan cairan refrigeran. Cairan refrigeran yang bertekanan tinggi
mengalir dari penampung refrigean ke katup ekspansi. Keluar dari katup
ekspansi tekanan menjadi sangat berkurang dan akibatnya cairan
refrigeran bersuhu sangat rendah. Pada saat itulah cairan tersebut mulai
menguap yaitu di evaporator, dengan menyerap kalor dari sekitarnya
hingga cairan refrigeran habis menguap. Akibatnya evaporator menjadi
dingin. Bagian inilah yang dimanfaatkan untuk mengawetkan bahan makanan
atau untuk mendinginkan ruangan. Kemudian uap refrigeran akan dihisap
oleh kompresor dan demikian seterusnyaproses-proses tersebut berulang kembali.
Komponen Sistem Refrigerasi
Mekanik mesin pendingin terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing dihubungkan dengan menggunakan pipa-pipa tembaga atau selang pada akhirnya merupakan sebuah system yang bekerja secara serempak (simultan).
1. Kompresor
Kompresor merupakan jantung dari sistem refrigerasi. Pada saat yang sama
kompresor menghisap uap refrigeran yang bertekanan rendah dari
evaporator dan mengkompresinya menjadi uap bertekanan tinggi sehingga
uap akan tersirkulasi.
Kebanyakan kompresor yang dipakai saat ini adalah dari jenis torak.
Ketika torak bergerak turun dalam silinder, katup hisap terbuka dan uap
refrigerant masuk dari saluran hisap ke dalam silinder. Pada saat torak
bergerak ke atas, tekanan uap di dalam silinder meningkat dan katup
hisap menutup, sedangkan katup tekan akan terbuka, sehingga uap
refrigean akan ke luar dari silinder melalui saluran tekan menuju ke
kondensor.
2. Kondensor
Kondensor
juga merupakan salah satu komponen utama dari sebuah mesin pendingin.
Pada kondensor terjadi perubahan wujud refrigeran dari uap super-heated
(panas lanjut) bertekanan tinggi ke cairan sub-cooled (dingin lanjut)
bertekanan tinggi. Agar terjadi perubahan wujud refrigeran (dalam hal
ini adalah pengembunan/condensing), maka kalor harus dibuang dari uap
refrigeran.
Kalor/panas yang akan dibuang dari refrigeran tersebut berasal dari :
1. Panas yang diserap dari evaporator, yaitu dari ruang yang didinginkan
2. Panas yang ditimbulkan oleh kompresor selama bekerja
Fungsi kondensor adalah untuk merubah refrigeran gas menjadi cair dengan
jalan membuang kalor yang dikandung refrigeran tersebut ke udara
sekitarnya atau air sebagai medium pendingin/condensing. Gas dalam
kompresor yang bertekanan rendah dimampatkan/dikompresikan menjadi uap
bertekanan tinggi sedemikian rupa, sehingga temperatur jenuh pengembunan
(condensing saturation temperature)
lebih tinggi dari temperature medium pengemburan (condensing medium
temperature). Akibatnya kalor dari uap bertekanan tinggi akan mengalir
ke medium pengembunan, sehingga uap refrigean akan terkondensasi.
3. Katup Ekspansi
Setelah
refrigeran terkondensasi di kondensor, refrigeran cair tersebut masuk
ke katup ekspansi yang mengontrol jumlah refrigeran yang masuk ke
evaporator. Ada banyak jenis katup ekspansi; tiga di antaranya adalah
pipa kapiler, katup ekspansi otomatis dan katup ekspansi termostatik.
a. Pipa Kapiler (capillary tube)
Katup
ekspansi yang umum digunakan untuk sistem refrigerasi rumah tangga
adalah pipa kapiler. Pipa kapiler adalah pipa tembaga dengan diameter lubang
kecil dan panjang tertentu. Besarnya tekanan pipa kapiler bergantung
pada ukuran diameter lubang dan panjang pipa kapiler. Pipa kapiler di
antara kondensor dan evaporator. Refrigeran yang melalui pipa kapiler
akan mulai menguap. Selanjutnya berlangsung proses penguapan yang
sesungguhnya di evaporator. Jika refrigeran mengandung uap air, maka uap
air akan membeku dan menyumbat pipa kapiler. Agar kotoran tidak
menyumbat pipa kapiler, maka pada saluran masuk pipa kapiler dipasang
saringan yang disebut strainer.
Ukuran diameter dan panjang pipa kapiler dibuat sedemikian rupa,
sehingga refrigeran cair harus menguap pada akhir evaporator. Jumlah
refrigeran yang berada dalam sistem juga menentukan sejauh mana
refrigeran di dalam evaporator berhenti menguap, sehingga pengisian
refrigeran harus cukup agar dapat
menguap sampai ujung evaporator. Bila pengisian kurang, maka akan
terjadi pembekuan pada sebagian evaporator. Bila pengisian berlebih,
maka ada kemungkinan refrigeran cair akan masuk ke kompresor yang akan
mengakibatkan rusaknya kompresor. Jadi sistem pipa kapiler mensyaratkan
suatu pengisian jumlah refrigeran yang tepat.
b. Katup Ekspansi Otomatis
Sistem
pipa kapiler sesuai digunakan pada sistem dengan beban tetap (konstan)
seperti pada lemari es atau freezer. Tetapi dalam beberapa keadaan,
untuk beban yang berubah-ubah dengan cepat harus digunakan katup
ekspansi jenis lainnya. Beberapa katup ekspansi yang peka terhadap
perubahan beban, antara lain adalah katup ekspansi otomatis (KEO) yang
menjaga agar tekanan hisap atau tekanan evaporator besarnya tetap
konstan.
Bila beban evaporator bertambah maka temperatur evaporator menjadi naik
karena banyak cairan refrigeran yang menguap sehingga tekanan di dalam
saluran hisap (di evaporator) akan menjadi naik pula. Akibatnya “bellow”
akan bertekan ke atas hingga lubang aliran refrigeran akan menyempit
dan ciran refrigeran yang masuk ke evaporator menjadi berkurang. Keadaan
ini menyebabkan tekanan evaporator akan berkurang dan “bellow” akan
tertekanan ke bawah sehingga katup membuka lebar dan cairan refrigeran
akan masuk ke evaporator lebih banyak. Demikian seterusnya.
c. Katup Ekspansi Termostatik (KET)
Jika
KEO bekerja untuk mempertahankan tekanan konstan di evaporator, maka
katup ekspansi termostatik (KET) adalah satu katup ekspansi yang
mempertahankan besarnya panas lanjut pada uap refrigeran di akhir
evaporator tetap konstan, apapun kondisi beban di evaporator.
Cara kerja KET adalah sebagai berikut:
Jika beban bertambah, maka cairan refrigran di evaporator akan lebih
banyak menguap, sehingga besarnya suhu panas lanjut di evaporator akan
meningkat. Pada akhir evaporator diletakkan tabung sensor suhu (sensing
bulb) dari KET tersebut. Peningkatan suhu dari evaporator akan
menyebabkan uap atau cairan yang terdapat ditabung sensor suhu tersebut
akan menguap (terjadi pemuaian) sehingga tekanannya meningkat.
Peningkatan tekanan tersebut akan menekan diafragma ke bawah dan membuka
katup lebih lebar. Hal ini menyebabkan cairan refrigeran yang berasal
dari kondensor akan lebih banyak masuk ke evaporator. Akibatnya suhu
panas lanjut di evaporator kembali pada keadaan normal, dengan kata lain
suhu panas lanjut di evaporator dijaga tetap konstan pada segala
keadaan beban.
4. Evaporator
Pada
evaporator, refrigeran menyerap kalor dari ruangan yang didinginkan.
Penyerapan kalor ini menyebabkan refrigeran mendidih dan berubah wujud
dari cair menjadi uap (kalor/panas laten). Panas yang dipindahkan berupa
:
- Panas sensibel (perubahan tempertaur). Temperatur refrigeran yang memasuki evaporator dari katup ekspansi harus demikian sampai temperatur jenuh penguapan (evaporator saturation temparature). Setelah terjadi penguapan, temperatur uap yang meninggalkan evaporator harus pupa dinaikkan untuk mendapatkan kondisi uap panas lanjut (super-heated vapor)
- Panas laten (perubahan wujud). Perpindahan panas terjadi penguapan refrigeran. Untuk terjadinya perubahan wujud, diperlukan panas laten. Dalam hal ini perubahan wujud tersebut adalah dari cair menjadi uap atau menguap (evaporasi). Refrigeran akan menyerap panas dari ruang sekelilingnya. Adanya proses perpindahan panas pada evaporator dapat menyebabkan perubahan wujud dari cair menjadi uap.
Kapasitas evaporator adalah kemampuan evaporator untuk menyerap panas
dalam periode waktu tertentu dan sangat ditentukan oleh perbedaan
temperatur evaporator (evaporator temperature difference). Perbedaan
tempertur evaporator adalah perbedaan antara temperatur jenis evaporator
(evaporator saturation temperature) dengan temperatur substansi/benda
yang didinginkan. Kemampuan memindahkan panas dan konstruksi evaporator
(ketebalan, panjang dan sirip) akan sangat mempengaruhi kapaistas
evaporator.
0 komentar:
Posting Komentar