Jumat, 20 Maret 2015

“Teori evolusi mengatakan bahwa kehidupan dimulai, dan diteruskan oleh evolusi, secara peluang dan acak.”

Edit Posted by with No comments
Mungkin tidak ada pernyataan lain yang merupakan indikasi lebih baik dari ini bahwa si pembicara tidak mengerti tentang evolusi. Peluang memang memainkan peran besar dalam evolusi, tetapi argumen ini sungguh mengabaikan peran dasar dari seleksi alam, dan seleksi adalah lawan dari peluang. Peluang, dalam bentuk mutasi, menyediakan variasi genetik, yang merupakan bahan mentah yang diproses oleh seleksi alam. Dari situ, seleksi alam memilih beberapa variasi. Variasi yang memberi sukes reproduksi yang lebih besar pada pemiliknya dipertahankan, dan variasi yang kurang menguntungkan akan hilang (dan peluang memastikan bahwa mutasi menguntungkan itu pasti terjadi). Ketika lingkungan berubah, atau ketika organisme berpindah ke lingkungan yang berbeda, variasi yang berbeda pun dipilih, yang akhirnya menghasilkan spesies baru. Mutasi yang merugikan biasanya akan cepat mati, sehingga tidak mencampuri proses terkumpulnya mutasi yang menguntungkan.
Abiogenesis (asal mula kehidupan) pun tidak sepenuhnya didasarkan pada peluang. Atom dan molekul menempatkan diri tidak seratus persen secara acak, tetapi berdasarkan properti kimia masing-masing. Dalam kasus atom karbon khususnya, ini berarti molekul kompleks akan pasti membentuk secara spontan, dan molekul-molekul kompleks ini dapat mempengaruhi satu sama lain dan menciptakan molekul yang jauh lebih kompleks lagi. Ketika suatu molekul yang mampu memperbanyak diri terbentuk, seleksi alam akan membimbing terbentuknya replikator-replikator yang makin lama makin efisien. Objek pertama yang mampu memperbanyak diri tidak perlu sekompleks sel modern atau bahkan sebenang DNA. Beberapa molekul yang mampu memperbanyak diri tidaklah sekompleks itu (seperti halnya molekul organik).
Beberapa orang masih berargumen bahwa sangat tidak mungkin bagi sebuah molekul yang mampu memperbanyak diri untuk terbentuk pada suatu waktu tertentu. Ini benar, tapi ada sebanyak lautan molekul yang sibuk bekerja, dan tidak ada yang tahu berapa peluang molekul replikator dapat menjadi yang pertama kali. Kalkulasi tentang kemungkinan abiogenesis percuma dilakukan, kecuali diakui adanya banyak jenis materi awal yang darinya replikator pertama dapat terbentuk, bentuk-bentuk tak terhitung yang mungkin menjadi bentuk pertama replikator, dan fakta bahwa sebagian besar konstruksi molekul yang bereplikasi adalah tidak acak.
(Kita juga harus mencatat bahwa teori evolusi tidak bergantung pada bagaimana kehidupan dimulai. Kebenaran atau kesalahan teori abiogenesis tidak berpengaruh pada teori evolusi.)


*Sambungan~Argumen yang Akan Membuktikan Keberadaan Tuhan dan Membantah Paham Ateisme Dalam Hukum Kedua termodinamika

Edit Posted by with No comments


Mungkin melihat dari istilahnya, kita akan berpikir bahwa hukum ini rumit, tapi sebenarnya sangat mudah dimengerti. Hukum fisika ini pada dasarnya mengungkapkan fakta bahwa segala hal di di jagat raya ini bergerak dari keteraturan menuju kekacauan.
Misalnya, jika kita tidak mengurus rumah kita, maka catnya akan pudar, debu-debu akan menumpuk, dan pada akhirnya rumah kita akan rusak.

Sekarang jika kau mengambil hukum Kedua Termodinamika ini menjadi pernyataan logika, keseluruhan jagat raya ini adalah sistem yang besar, jadi jagat raya juga harusnya bergerak dari keteraturan menjadi kekacauan. Seperti yang dikatakan ilmuwan, jika periode waktu yang lama telah berlalu, maka akan terjadi kekacauan.

Dan setiap benda terdiri dari atom. Atom tersebut terdiri dari elektron, proton, dan neutron. Setiap atom yang ada dalam setiap benda selalu bergerak dan berputar. Atom-atom yang bergerak dan berputar tersebut pada suatu saat akan kehabisan energi, jadi suatu hari nanti jagat raya akan berakhir.

Tapi kata orang-orang ateis jagat raya ini tanpa ada permulaan dan takkan pernah berakhir. Tapi hal ini bertentangan dengan Hukum Kedua Termodinamika, karena menurut hukum ini, jika periode waktu yang lama telah berlalu, akan terjadi kekacauan dan jagat raya akan mati total.

Hal ini berarti matahari tidak akan ada, dan eksistensi manusia tak akan pernah terjadi. Tapi yang terjadi malah sebaliknya, matahari bersinar, planet-planet mengorbit dalam orbitnya masing-masing, dan manusia dapat hidup dengan baik. Itu berarti kita tidak berada dalam keadaan “matinya alam semesta”, bukankah begitu? Dan karena kita tidak berada dalam keadaan matinya alam semesta, itu berarti belum cukup waktu yang berlalu. Jika belum cukup waktu yang berlalu, itu berarti waktu ada permulaannya, jagat raya juga ada permulaannya. Jika jagat raya ada permulaannya, berarti segala sesuatu yang mulai eksis harus ada yang memulainya. Dan kita sebagai Muslim percaya bahwa Allah yang memulainya.
Planet-planet mengorbit di jalurnya masing-masing tanpa pernah bertabrakan

Perhatikanlah Surat Al-Baqarah ayat 255 berikut ini:

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Q.S. Al-Baqarah:255)

Jadi mari aku menyimpulkannya. Apapun yang mulai eksis, harus ada yang memulainya, sedangkan dunia ini ada permulaannya. Karena kita tidak dalam keadaan matinya alam semesta, maka waktu bersifat terbatas. Jika jagat raya mulai eksis, maka ada Sesuatu yang memulainya. Dan Yang memulai alam semesta adalah Sang Pencipta.